Rabu, 01 Desember 2010

Hutan Mangrove

Kata mangrove diduga berasal dari bahasa melayu manggi-manggi, yaitu naman yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau goba-goba yang menyesuaikan diri pada keadaan asin.
Ekosistem mangrove terdiri dari dua bagian, bagian daratan dan bagian perairan. Bagian perairan juga terdiri dari dua bagian yakni tawar dan laut. Ekosistem mangrove terkenal sangat produktif, rapuh dan penuh dengan sumber daya.
Tanah mangrove terdiri dari butiran-butiran kecil. Butiran-butiran lebih kecil dari pada pasir halus banyak terdapat. Tanah mangrove biasanya asam karena kegiatan bakteri belerang. Tanah mangrove umumnya kaya akan ion Na. Kandungan Ca dan Mg lebih tinggi daripada N. Disebabakan oleh arah mengurangi yang diciptakan oleh faktor-faktor edafik, yakni dipengaruhi oleh kondisi tanah atau subtrat dan pembanjiran pasut, tumbuhan mangrove membentuk pemintakatan dengan Rhizophora membentuk batas umum sepanjang pantai.
Hutan mangrove merupakan hutan yang dipengaruhi pasang-surut air laut. Tipe hutan ini disamping mempunyai fungsi ekonomis melalui hasil berupa kayu dan hasil hutan ikutannya juga mempunyai fungsi ekologis yang sangat pening sebagai interface antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan. Dengan demikian dalam ekosistem mangrove paling sedikit terdapat 5 unsur ekosistem yang saling kait-mengait yaitu flora, fauna, perairan, daratan dan manusia (penduduk lokal) yang hidup bergantung pada ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan tipe ekosistem yang unik, karena di dalam ekosistem mangrove terpadu dua tipe karakteristik ekosistem yaitu karakteristik ekosistem lautan dan daratan. Kondisi semacam ini mengakibatkan jenis-jenis biota yang hidup di habitat mangrove pun terdiri atas biota darat dan biota laut. Dari segi biota, banyak penelitian membuktikan bahwa biota yang mendominasi ekosistem mangrove adalah biota laut.
Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.
Hutan-hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Hutan mangrove mempunyai peranan dan manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya :
a. Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.
b. Menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan penyamak kulit dan sebagainya.
c. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar lainnya.
Begitu besarnya peranan dan manfaat hutan mangrove bagi kehidupan, apabila hutan mangrove hilang maka akan timbul berbagai masalah diantaranya:
1. Terjadinya abrasi pantai
2. Dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
3. Dapat mengakibatkan banjir
4. Perikanan laut menurun
5. Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar